Serang – Pungutan liar atau pungli masih ‘gentayangan’ di sejumlah objek wisata di Provinsi Banten. Hal ini membuatku kunjungan wisatawan ke Tanah Jawara anjlok.n
Dinas Pariwisata (Dispar) Banten mencatat 153.681 wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Banten pada libur panjang natal dan tahun baru 2024-2025 yakni per tanggal 24-31 Desember 2024.
Jumlah ini, Tergolong sedikit dan jauh dari target yang sebelumnya direncanakan Dinas Pariwisata yakni 2 juta wisatawan.
Bahkan, jumlah ini anjlok jika dibandingkan dengan data kunjungan wisata saat nataru tahun 2023 yang mencapai 262.942 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Siaga Wisata Nataru 2024 di Provinsi Banten, kunjungan wisatawan paling banyak tercatat di Kabupaten Lebak yang mencapai 38.440 orang, lalu disusul Kota Tangerang Selatan sebanyak 31.726 orang, dan Kabupaten Pandeglang 28.700 orang.
Sementara di daerah lainnya masih dibawah 25 ribu, seperti di Kota Cilegon yang kunjungan wisatawannya hanya 21.546 orang, Kabupaten Serang 19.645 orang, Kabupaten Tangerang 9.130 orang, Kota Serang 4.314 orang,
dan Kota Tangerang 180 orang.
Plt Kepala Dispar Banten Tri Nurtopo mengatakan, trend Kunjungan harian wisatawan libur Nataru
2024 bersifat fluktuatif dan polanya hampir sama dengan Nataru 2023.
“Tapi alhamdulillah pada hari ini (Rabu 1 Januari 2025,-red) ada peningkatan. Seperti di Pantai Lagundi Anyer pengunjung yang beraktifitas di air mencapai 300 orang. Alhamdulillah situasi disana juga dalam pantauan aman terkendali,” ujar Tri Nurtopo kepada wartawan kemarin.
Tri mengungkapkan, rendahnya Kunjungan wisatawan selama Libur Nataru 2024 di sebabkan karena cuaca ekstrem dan adanya Issue Megatrust.
Ia tidak menampik jika destinasi wisata di Banten mulai ditinggalkan oleh para pengunjungnya.
“Betul, mereka cari suasana baru seperti ke Bandung, Puncak dan tempat-tempat lainnya, “ucapnya.
Belum lagi perihal praktik pungutan liar, menurutnya, destinasi wisata alam khususnya pantai di Banten sangat rentan terjadinya pungli. Dan juga ketok harga, dimana penjual mengetok harga makanan maupun minuman kepada para pengunjung, yang pada akhirnya membuat mereka kapok untuk datang lagi.
Tri mengaku, pada Nataru ini pihaknya telah melakukan langkah antisipasi dengan cara mengkomunikasikan pelaku usaha juga pengelola wisata untuk mencegah adanya praktik negatif yang dapat mencoreng image pariwisata di Banten ini.
“Mudah-mudahan kedepan lebih baik,” pungkasnya. (Eks/Red)